Rabu, 13 Mei 2015

"Mensyukuri nikmat dan menikmati syukur"

Fungsi utama dari bersyukur adalah agar kita betul-betul merasa tenang, bahagia, dan sukses dikarenakan Allah telah memberikan kenikmatan yang luar bidahsyat dalam kehidupan kita.
Orang yang besyukur hatinya lapang, wajahnya cerah, pikirannya terbuka, motivasinya tinggi, ibadahnya khusyu, hidupnya banyak memberikan inspirasi bagi dirinya dan semesta di sekitarnya.

Kalaulah kita hari ini mengaku sudah bersyukur tapi masih sering stress, mudah marah, cepat khawatir, takut kehilangan, dan perasaan negatif lainnya, berarti TEKNIK BERSYUKUR kita masih perlu diperbaiki. Katanya sudah bersyukur, lha kok masih stress saban hari? :D
Bukankah di Al-Quran dikatakan "Kalau kalian bersyukur pasti akan Aku tambah nikmat bagi kalian, kalau kalian kufur (tidak bersyukur) maka azabKU sangatlah pedih". Dan, lambang dari azab yang pedih itu adalah hadirnya stress yang istiqomah dalam kehidupan kita....
Nah, apa betul kita ini sudah bersyukur?
Kalau sudah bersyukur, lalu kenapa masih sering stress?

Contoh, kita mendapatkan sebuah proyek yang kita anggap nilainya 10 juta, tapi ternyata setelah proyek itu selesai kita hanya mendapatkan uang senilai 3 juta. Lalu kita berusaha untuk bersyukur dengan kalimat "Alhamdulillaaah, masih dapet 3 juta, masih untung ada proyek.. alhamdulillah deh" ... tapi ternyata hati kita belum tentu bersyukur sesuai dengan ucapan yang kita katakan. Hati kita masih saja bertanya dan kesal "kenapa hanya 3 juta? apa salah saya?". Nah, inilah salah satu kesalahan bersyukur... Bersyukur itu seharusnya nikmat sehingga menambah kenikmatan yang ada. Istilahnya : Mensyukuri nikmat dengan cara menikmati syukur itu sendiri...
Contoh lain, misalnya Anda pada faktanya memiliki rumah yang kecil dan sempit, lalu Anda bersyukur dalam kalimat, "Ya Allah, terimakasih atas  rumah yang telah engkau berikan ini, walau sempit dan pengap, saya tetap bersyukur". Nah, apakah setelah Anda mengucapkan rasa syukur itu hati Anda menjadi lapang?

Ternyata, KUNCI dari mensyukuri nikmat adalah menikmati syukur.
Nikmat itu tidak harus dikaitkan dengan fakta yang ada, tapi kenikmatan sejati bisa melampaui sang fakta. Fakta itu terbatas, sedangkan nikmat itu tak terbatas.

Fa biayyi aalaa-i robbikumaa tukadz-dzibaan?
Nikmat dari Rabmu yang mana lagikah yang kalian dustakan? 

Kalau faktanya rumah kita kecil, maka lampauilah fakta itu, dan bersyukurlah, "Ya Allah, terimakasih atas rumah yang besar, bertingkat, luas, dan indah ini".
Bukankah fakta itu di luar, sedangkan persepsi itu di dalam? Bukankah persepsi lebih penting dari pada fakta yang menipu? Bukankah dunia ini kesenangan yang menipu? Bukankah yang di dalam itu realita dan yang di luar itu hanya ilusi? Bukankah yang kelak Anda pertanggungjawabkan di hadapan Allah adalah apa yang ada di dalam diri Anda dan bukan apa yang ada di luar diri Anda?

Sahabatku, Ketika kita sedang melatih Pikiran dan Perasaan dalam bersyukur yang berkualitas nikmat, maka tak perlu heran jika setiap hari latihan bersyukur yang dilakukan sepertinya semakin tidak mudah. Sebab dibenturkan oleh berbagai fakta yang sulit untuk disyukuri.

Itu sebabnya, teruslah tetap dalam awareness yang dalam. Dan tetaplah bersyukur dalam sikap yang "melampaui fakta" yang ada, walaupun fakta yang hadir sangat tidak indah atau bahkan sudah begitu sangat indahnya.
Jangan batasi diri kita dalam fakta indrawi, sebab semua keindahan dan kesulitan dunia adalah fana.
So, tidak perlu menunggu nikmat baru bersyukur, tapi bersyukurlah senantiasa maka ALLAH akan menambahkan nikmat itu pada diri kita.

Mari luaskan persepsi Anda, positifkan persepsi Anda, maka Anda akan betul-betul menikmati yang namanya bersyukur. Tenggelam dalam kenikmatan syukur kepada-Nya...

"Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Q.S. 57:20)

Salam Syukur Melampaui Fakta.
Wallahu a'lam